Sunday, July 10, 2016


  Reaksi transfusi adalah semua kejadian ikutan yang terjadi karena transfusi darah. Potensi untuk terjadinya komplikasi pada transfusi darah cukup besar, namun kebanyakan masalah yang muncul hanya pada pasien yang membutuhkan transfusi berulang atau dalam jumlah besar. Risiko yang berhubungan dengan transfusi dari komponen spesifik darah cukup rendah. Meskipun demikian, risiko tersebut harus dipertimbangkan dengan keuntungan setiap transfusi  yang dilakukan (Weinstein, 2000).

  Transfusi darah merupakan proses menyalurkan darah atau produk berbasis darah dari satu orang ke sistem peredaran orang lainnya. Transfusi darah berhubungan dengan kondisi medis seperti kehilangan darah dalam jumlah besar disebabkan trauma, operasi, syok dan tidak berfungsinya organ pembentuk sel darah merah. Transfusi darah pada hakekatnya adalah suatu proses pemindahan darah dari seorang donor ke resipien.

  Untuk memastikan bahwa transfusi darah tidak akan menimbulkan reaksi pada resipien maka sebelum pemberian transfusi darah dari donor kepada resipien, perlu dilakukan pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus serta uji silang serasi antara darah donor dan darah resipien. Walaupun golongan darah donor dan pasien sama, ternyata dapat terjadi ketidakcocokan(inkompatibilitas) pada uji silang serasi. Sehingga perlu dilakukan analisis penyebab ketidakcocokan pada uji silang serasi antara darah donor dan pasien. (1)

  Sejak penemuan Landsteiner (1901) sampai sekarang, telah diketemukan lebih dari 400  antigen golonqan darah dalam eritrosit. Tapi untuk kegunaan praktek, klinis yang terpenting hanya sistem golongan darah ABO dan Rh. Pada sistem golongan darah ABO hanya ada 4 golongan darah yaitu. A, B, AB dan 0. Golongan tersebut. ber­dasarkan atas ada atau tidak adanya antigen A dan antigen B.
Dalam pelayanan kesehatan modern, transfusi darah merupakan salah satu hal yang penting dalam menyelamatkan jiwa pasien dan meningkatkan derajat kesehatan. Indikasi tepat transfusi darah dan komponen darah adalah untuk mengatasi kondisi yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas bermakna yang tidak dapat diatasi dengan cara lain. Dalam perkembangannya transfusi darah harus dilaksanakan sesuai dengna prosedur ketat oleh tenaga profesional menggunakan darah yang aman dan berkualitas. Sebelum melakukan transfusi darah perlu diketahui syarat-syarat dalam melakukan transfusi, agar proses transfusi dapat berlangsung seperti yang diharapkan.

  Sekitar disebutkan di atas 400 antigen golongan darah telah di laporkan. Makna klinis golongan darah dalam transfusi darah adalah bahwa individu yang tidak mempunyai suatu antigen golongan darah tertentu mungkin menghasilkan antibodi yang bereaksi dengan antigen tersebut, yang kemungkinan menyebabkan reaksi transfusi. Antigen-antigen golongan darah yang berbeda tersebut memiliki makna klinis yang sangat bervariasi, dan yang terpenting adalah golongan darah ABO dan rhesus (Rh).

Transfusi darah sendiri memiliki tujuan:
-Memelihara dan mempertahankan kesehatan donor.
-Memelihara keadaan biologis darah atau komponen – komponennya agar tetap bermanfaat.
-Memelihara dan mempertahankan volume darah yang normal pada peredaran darah (stabilitas peredaran darah).
-Mengganti kekurangan komponen seluler atau kimia darah.
-Meningkatkan oksigenasi jaringan.
-Memperbaiki fungsi Hemostatis.

Tindakan terapi kasus tertentu.
Kecocokan antara antigen sel darah merah donor dengan antibody plasma resipien haruslah dapat dipastikan, kalau tidak reaksi haemolitik yang potensial fatal dapat terjadi.
Meskipun telah dilakukan pencocokan golongan darah, beberapa penderita tetap dapat mengalami reaksi ringan transfusi darah seperti :
-Demam.
-Gatal dan bintik bintik merah pada kulit.
-Nafas pendek.
-Nyeri.
-Berdebar debar.
-Menggigil.
-Tekanan darah menurun.

Reaksi transfusi ini memang sedikit menakutkan namun tidak berbahaya jika cepat ditangani.
Reaksi transfusi adalah suatu komplikasi dari transfusi darah yang berupa respon imun terhadap sel darah transfusi atau komponen lain yang di transfusikan secara langsung atau dapat juga berupa respons non imun sebagai akibat dari kelebihan beban sirkulasi, siderosis transfusi atau penularan infeksi. Risiko yang berhubungan dengan transfusi dari komponen spesifik darah cukup rendah. Meskipun demikian, risiko tersebut harus dipertimbangkan dengan keuntungan setiap transfusi  dilakukan (2,3,4,5)

Dalam suatu proses itu adapun penanggulangan reaksi transfusi yaitu dengan cara:
1.Berhenti melakukan transfusi
2.Naikkan tekanan darah dengan koloid, kristaloid, jika perlu tambahan vasokonstriktor, inotropik.
3.Berikan oksigen 100%
4.Diuretic manitol 50 mg atau furosemid 10-20 mg.
5.Antihistamin.
6.Steroid dosis tinggi.
7.Jika perlu exchange transfusion.
8.Periksa analisis gas dan pH darah.

  Tindakan transfusi darah atau komponennya bukanlah tindakan tanpa risiko, sebaliknya tindakan ini merupakan tindakan yang mengandung risiko yang dapat berakibat fatal. Risiko transfusi darah ini dapat dibedakan atas reaksi cepat dan lambat.       

Macam – macam golongan darah manusia

  Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi. (6)

Sistem Golongan Darah ABO.
  Oleh dr. Karl Landsteiner bahwa antigen pada eritrosit manusia yang diberi nama antigen A dan antigen B sehingga ditemukan  suatu golongan darah ABO, sebaliknya pada serum/plasma darah manusia ditemukan 2 macam zat antibodi yang masing-masing yaitu antibodi-A dan antibodi-B. Antibodi-A merupakan lawan dari antigen-A sedangkan antibodi-B merupakan lawan dari antigen-B (2).

Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.

  Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-negatif

  Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga, orang dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif.

  Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun, orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari sesama O-negatif.
Next
This is the most recent post.
Previous
Older Post

0 komentar:

Post a Comment